Perkembangan Tari Merak
Perkembangan zaman membuat tari merak sempat ditinggalkan peminat.
Namun, tangan dingin Irawati Durban kembali memopulerkan tarian ini
dalam seni pertunjukan. Ia menggubah tari merak dengan tata gerakan dan
kostum yang baru. Kreasi bernama tari merak pusbitari inilah yang banyak
dipertunjukkan saat ini.
Irawati adalah salah seorang murid
Tjetje Somantri. Sarjana seni rupa Institut Teknologi Bandung ini banyak
menimba ilmu tari pada sejumlah maestro, antara lain dalang topeng,
Sujana (1971); seniman tari Garut, Nugraha Sudireja (1973); dan pengajar
tari di Berkeley, AS, Martati Harnanto (1974).
Irawati
menciptakan tari merak pusbitari tahun 1965. Berbeda dengan cikal
bakalnya, tari merak ini lebih dinamis. Gerakan tari lebih menggambarkan
kelincahan merak jantan yang berlenggak-lenggok memamerkan bulu
ekornya. Tari merak ini khas dengan gerakan kaki "mincid", berputar
membentuk lingkaran sembari tangan mengembangkan selendang.
Imaji
ekor merak yang terkembang hadir saat penari membentangkan selendang
yang terlilit di pinggang. Selendang berbahan tipis melambai ini berhias
motif dan payet berwarna-warni menyerupai ekor merak. Watak merak
jantan yang pesolek juga tergambar dari mahkota replika kepala merak dan
kemben berwarna hijau berprada keemasan.
Demi mendapatkan rupa
burung merak yang pas, Irawati menggandeng pelukis realis, Barli
Sasmitawinata, untuk merancang kostum lengkap dengan atributnya. Ide ini
kemudian diwujudkan menjadi busana yang imajinatif dan atraktif oleh
Kusumah. Busana tari ini terus-menerus dikembangkan demi mengikuti
perubahan selera zaman. (NDW/Litbang Kompas)
0 komentar: